Minggu, 06 November 2011

HARAPAN KECILKU

Ma, betapa aku ingin membahagiakanmu. Pengorbananmu begitu besar. Mungkin aku adalah orang yang kesekian yang ingin mengucapkan kalimat diatas tadi. Tapi anggaplah kata-kata biasa ini sebagai janji yang harus aku tepati.

Pak, betapa aku sangat ingin memijatmu sepanjang hari. Tapi apa daya, waktu telah menjadikanku egois, malas, dan jarang menuruti kata-katamu.

Maaf ma, ingin sekali aku menggantikanmu di tempat sumpek yang kusebut 'dapur', lalu kumasakkan menu spesial yang bisa membuatmu terus tersenyum. Tapi pekerjaan lain yang 'sulit' itu dengan terpaksa harus aku dahulukan.

Pak, ingin sekali rasanya aku menggantikanmu di tempat duduk besar yang empuk itu, bukan untuk sekedar bersandar dengan title 'direktur' di meja itu, tapi agar aku bisa pintar sepertimu.

Aku seperti mempunyai beban yang harus aku nikmati terus. Aku punya tanggung jawab yang memiliki banyak ujian. Tapi aku ingin berjuang sampai titik itu tercapai setelah uangmu entah berapa triliun yang kau keluarkan untukku, Pak. Atau masakanmu yang entah berapa panci dan tenagamu yang terkuras, Ma.

Rasanya aku terlalu malu jika aku tidak bisa menggapai cita-citaku itu. Mungkin tidak cukup dengan semua ranking yang aku dapatkan selama ini, atau kegiatan-kegiatan positifku yang membuatku dikenal oleh semua orang. Aku harus bisa lebih dari itu. Aku bisa jadi orang yang sabar dan pintar masak seperti mama juga cerdas seperti bapak.
Kemudian aku akan jadi anak yang paling beruntung di dunia ini.

Terimakasih karena Allah telah mengirimkan kalian yang amat sangat hebat dan sabar dalam membesarkanku..

-AIR-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar